Selasa, 06 Januari 2009

PHOBIA dan LATAH

2.1. Phobia
2.1.1. Pengertian Phobia
Kata phobia diambil dari nama dewa Yunani Phobos yang takut kepada musuh-musuhnya. Kebanyakan dari para psikolog mendefinisikan phobia sebagai penolakan yang menggangu yang diperantarai oleh rasa takut yang tidak proporsional dengan bahaya yang dikandung oleh objek atau situasi tertentu dan diakui oleh si penderita sebagai sesuatu yang tidak berdasar.[1]
Phobia adalah rasa takut yang tidak masuk akal, atau yang tidak ditakuti tidak seimbang dengan ketakutan, si sakit tidak tahu mengapa ia takut dan tidak dapat menghindari rasa takut itu. Kadang-kadang rasa takut yang tidak masuk akal itu menyebabkan tertawaan orang lain, sehingga ia makin merasa cemas.[2]
Phobia diidentifikasi sebagai ketakutan terus menerus secara irasional terhadap suatu benda, situasi atau aktivitas spesifik yang menyebabkan keinginan untuk menghindari objek tersebut. Seseorang yang phobia akan merespon dengan ketakutan yang kuat pada stimulus atau situasi tertentu yang oleh sebagian besar orang tidak dianggap berbahaya. Individu biasanya menyadari bahwa rasa takutnya itu tidak rasional tetapi masih juga merasa cemas yang dapat dihilangkan hanya dengan menghindari objek atau situasi yang ditakutinya.
Psikolog psikoanalistik memandang phobia sebagai reaksi terhadap kecemasan yang dialihkan. Mereka mengansumsikan bahwa ketakutan secara tidak sadar dialihkan dari pengalaman pertama yang membangkitkan kecemasan kepada objek yang kurang membahayakan.[3]
Bila seseorang yang menderita phobia melihat atau bertemu atau berada pada situasi yang membuatnya takut (phobia), gejalanya adalah sebagai berikut:
Jantung berdebar kencang
Kesulitan mengatur napas
Dada terasa sakit
Wajah memerah dan berkeringat
Merasa sakit
Gemetar
Pusing
Mulut terasa kering
Merasa perlu pergi ke toilet
Merasa lemas

2.1.2. Macam-macam Phobia
Menurut DSM-IV, fobia terbagi menjadi tiga kategori
Phobia spesifik
Phobia spesifik adalah katakutan yang beralasan yang disebabkan oleh kehadiran atau antisipasi suatu objek atau situasi spesifik. Contohnya takut pada ular (binatang), kuman, tempat tertutup, kegelapan, naik pesawat terbang, dan sebagainya.
Ciri utama orang yang mengalami phobia ini adalah dapat menyesuaikan diri dengan baik, tetapi apabila ia berhadapan dengan stimulus fobia maka ia akan memberikan respon secara tegang, cemas, berkeringat, kesulitan bernafas, dan jantung berdebar dengan cepat.[4]
Phobia sosial
Phobia sosial adalah ketakutan menetap dan tidak rasional yang umumnya berkaitan dengan keberadaan orang lain, mungkin merasa sangat tidak pasti dalam situasi sosial dan mengalami ketakutan yang berat yang memalukan dirinya. Dapat ditandai dengan tremor tangan, kemerahan atau suara yang gemetaran. Rasa takut berbicara di depan publik atau makan di tempat ramai adalah keluhan yang paling umum dari penderita fobia sosial.
Ciri utama orang yang mengalami phobia sosial adalah menghindari orang-orang karena takut dikritik dan menunjukan tanda-tanda kecemasan atau bertingkah laku dengan cara yang memalukan.

Agrophobia
Agrophobia adalah phobia yang paling umum pada orang yang mencari bantuan profesional. Individu ini merasa takut saat memasuki lingkunagn yang tidak dikenalnya. Mereka menghindari tempat terbuka, keramamian dan bepergian. Pada kasus yang ekstrim, individu mungkin tkaut meninggalkan lingkungan rumah yang dikenalnya. Penderita ini biasanya memiliki serangan panik. Mereka merasa ketakutan dan dibuat tidak berdaya oleh suatu serangan karena berada jauh dari keamanan rumah dan mungkin tidak ada orang yang membantunya. Penderita ini biasanya juga sangat tergantung. Sebagian besar dari mereka menunjukan kecemasan perpisahan (takut berpisah dari ibu) pada masa anak-anak lama sebelum mengalami agrofobia.

2.2. Latah
2.2.1. Pengertian Latah
Latah memiliki arti sebagai berikut:
1. Menderita sakit saraf dengan suka meniru-niru perbuatan atau ucapan orang lain
2. Berkelakuan seperti orang gila, misalnya; karena kehilangan orang yang dicintai
3. Meniru-niru sikap, perbuatan, atau kebiasaan orang atau bangsa lain
4. Mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh.
Menurut Dr. Rinrin R. Kaltarina, Psi.,M.Si., Latah adalah ucapan atau perbuatan yang terungkap secara tak terkendali setelah terjadinya reaksi kaget.Latah adalah ucapan atau perbuatan yang terungkap atau tidak terkendali, pascareaksi kaget (starled reaction). Saat latah muncul yang berkuasa alam bawah sadar (subconcious).
Di Indonesia, gangguan latah berkembang pada suku-suku di Pulau Jawa, Sumatera, dan pedalaman Kalimantan. Sementara itu, di wilayah Asia lainnya, penyakit latah ditemukan antara lain di tengah masyarakat suku Ainu di Jepang dan masyarakat gurun pasir di Gobi. Di Eropa, latah juga ada pada suatu suku di Prancis.
Berdasarkan fakta yang ada, gangguan latah biasanya tumbuh dalam masyarakat terbelakang yang menerapkan budaya otoriter. Teori kuno menyatakan, penderita latah biasanya orang tua, perempuan, berpendidikan rendah, dan berasal kelas ekonomi bawah. Namun, teori itu tak sepenuhnya tepat. Buktinya, kini banyak remaja yang mengidap latah. Penderita latah pria pun ada meski jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan perempuan.
Ada beberapa teori yang menyebabkan timbulnya gangguan latah, yaitu;a. Teori Pemberontakan.
Dalam kondisi latah, seseorang bisa mengucapkan hal-hal yang dilarang tanpa merasa bersalah. Gejala ini semacam gangguan tingkah laku. Lebih kearah obsesif karena ada dorongan yang tidak terkendali untuk mengatakan atau melakukan sesuatu.
b. Teori Kecemasan
Gejala latah muncul karena yang bersangkutan memiliki kecemasan terhadap sesuatu tanpa ia sadari. Rata-rata, dalam kehidupan pengidap latah selalu terdapat tokoh otoriter, entah ayah atau ibu. Bisa jadi, latah merupakan jalan pemberontakannya terhadap dominan orang tua yang sangat menekan. Walau demikian tokoh otoriter tidak harus berasal dari lingkungan keluarga.c. Teori Pengondisian
Inilah yang disebut latah gara-gara ketularan. Seseorang mengidap latah karena dikondisikan oleh lingkungannya, misalnya gara-gara latah, seseorang merasa diperhatikan dan diperhatikan oleh lingkungan. Dengan begitu, latah juga merupakan upaya mencari perhatian. Latah semacam ini disebut ”latah gaul”.
2.2.2. Macam-macam Latah
Ada empat macam latah, yaitu:
1. Ekolalia : mengulangi perkataan orang lain
2. Ekopraksia : meniru gerakan orang lain
3. Koprolalia : mengucapkan kata-kata yang dianggap tabu/kotor
4. Automatic obedience : melaksanakan perintah secara spontan pada saat terkejut.
[1] Gerard C. Davidson, Psikologi abnormal, ( Jakarta: Rajawali Press), hlm. 183.
[2] Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 2001),hlm. 36.
[3] Linda L. Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1991), hlm. 228.
[4] Yustinus Semiun, Kesehatan Mental, (Yogyakarta: Kanisius ), hlm. 323.

TARBIYAH DZATIYAH 1

DEFINISI TARBIYAH DZATIYAH

Tarbiyah dzatiyah adalah sejumlah sarana tarbiyah (pembinaan) yang diberikan orang muslim atau muslimah kepada dirinya untuk membentuk kepribadian Islami yang sempurna di seluruh sisinya; ilmiah, iman, akhlak, sosial, dan sebagainya, dan naik tinggi ke tingkatan kesempurnaan sebagai manusia

URGENSI TARBIYAH DZATIYAH
menjaga diri mesti didahulukan daripada menjaga orang lain (At-TAhrim: 6)
siapa yang mentarbiyah diri, kecuali diri sendiri
hisab kelak bersifat individual (Maryam: 95), (Al-isra: 13-14), karena itu barangsiapa men-tarbiyah dirinya, Insya Allah hisabnya diringankan dan ia selamat dari siksa dengan Rahmat Allah swt
lebih mampu mengadakan perubahan
sarana tegar dan istiqamah
sarana dakwah yang paling kuat
cara yang benar dalam memperbaiki realitas yang ada
karena keistimewaan tarbiyah dzatiyah
urgensi tariyah dzatiyah lainnya adalah mudah diaplikasikan, banyak sarananya, dan ada terus dalam diri orang muslim di setiap waktu, kondisi, dan tempat.

SEBAB-SEBAB KETIDAKPEDULIAN KEPADA TARBIYAH DZATIYAH
minimnya ilmu
- ketidaktahuan akan dalil-dalil Alquran dan Sunnah yang menganjurkan Tarbiah Dzatiyah dan mengajak kepadanya
- minimnya pengetahuan tentang keutamaan amal-amal shaleh dan pahalanya yang besar
- mininmnya pengetahuan tentang hasil-hasil positif dari tarbiyah ini di kehidupan dunia dan akhirat
- ketidaktahuan tentang permusuhan setan yang tidak akan pernah berhenti
ketidakjelasan sasaran dan tujuan
tidak begitu mengetahui bahwa pada dasarnya tujuan penciptaan manusia adalha ntuk beribadah kepada Allah swt, taat kepada-Nya, jihad di jalan-Nya, dan berdakwah ke jalan-Nya
lengket dengan dunia
menganggap dunia lebih penting daripada tarbiyah ini sendiri shingga tiada waktu lagi untuk melakukan tarbiyah Dzatiyah ini
pemahaman yang salah tentang Tarbiyah
banyk yang salah memahami mengenai pentingnya tarbiyah dzatiyah ini sehingga banyak yang tidak peduli mengenai aktualisasinya. Ada anggapan bahwa tarbiyah ini membuat manusia terputus dari kehidupan dan manusia, serta terisolir dari mereka, atau juga ada yang beranggapan bahwa tarbiyah ini menyita waktu dan tenaga
minimnya basis tarbiyah
langkanya Pembina
perasaan akan panjangnya angan-angan


SARANA-SARANA TARBIYAH DZATIYAH

Sarana Pertama:
Muhasabah
Muhasabah merupakan evaluasi seorang muslim terhadap dirinya atas kebaikan dan keburukan yang telah ia lakukan
(Al-Hasyr: 18)
Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
“ Orang cerdas (berakal) ialah orang yang menghisab dirinya dan berbuat untuk setelah kematian. Dan orang lemah ialah orang yang mengikutkan dirinya kepada hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah”
(At-Tirmidzi)
Umar bin Khatab radhiallahu anhu berkata di kata mutiaranya yang terkenal:
“ hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab dan timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang, karena kalian lebih mudah menghisab diri kalian hari ini daripada kelak. Bersiaplah unuk menghadapi pertemuan pertemuan terbesar. Ketika itu, kalian dipertemukan dengan Allah dan tidak ada sesuatu apapun pada kalian yang tersembunyi (diriwayatkan Imam Ahmad di Az-Zuhdu, hal. 177)

Ada beberapa panduan yang terkait dengan besarnya urgensi aspek ini dalam tarbiyah Dzatiyah
1. urgensi muhasabah secara rutin
dalam men-tarbiyah diri sendiri, orang Muslim yang serius dikenal bersungguh-sungguh dalam melakukan muhasabah terhadap dirinya dari waktu ke waktu dan memeriksa isi kehidupannya, agar ia tahu pikiran-pikiran benar apa saja yang ia bawa, lalu ia kembangkan, amal-amal baik apa saja yang ada padanya lalu ia onsisten mengerjakannya, apa saja titik-titik lemah dan kemaksiatan di aspek ilmiah dan amal lalu ia menjauhinya
2. skala prioritas yang penting
- muhasabah “kesehatan” akidah, kebersihan tauhid, syirik kecil dan tersembunyi, keyakinan-keyakinan dan perbuatan lain yang bertentangan atau melemahkan tauhid
- muhasabah atas pelaksanaan kewajiban-kewajiban
- muhasabah tentang sejauh mana diri ini menjauhi hal-hal haram dan kmungkaran-kemungkaran
- muhasabah tenang sejauh mana diri ini melakukan ibadah-ibadah sunnah dan ketaatan lainnya
3. jenis-jenis muhasabah
muhasabah terbagi ke dalam dua jenis, yaitu muhasabah sebelum berbuat dan muhasabah setelah berbuat.
Muhasabah sebelum berbuat ialah seorang yang berpikir di awal tekad dan keinginanya, serta tidak segera berbuat hingga ia mendapatkan kejelasan bahwa keinginannya itu harus dikerjakan. Sedangkan muhasabah setelah berbuat dibagi menjadi tiga, yaitu:
- muhasabah diri atas ketaatan kepada Allah swt yang ia lalaikan
- muhasabah diri atas perbuatan yang lebih baik tidak ia kerjakan daripada ia kerjakan
- muhasabah diri atas hal-hal mubah dan wajar

4. muhasabah atas waktu
Rasulullah SAW bersabda:
“ Pada hari kiamat, kedua kaki seorang hamba tidak dapat bergerak, hingga ia ditanya tentang empat hal. Tentang umurnya, untuk apa ia gunakan; masa mudanya, untuk apa ia habiskan; tentang hartanya, dari mana ia memperolehnya dan ia belanjakan di hal-hal apa saja; dan tentang apa saja di antara ilmunya yang telah ia amalkan”
(At-Tirmidzi)
5. ingat hisab terbesar

Sarana kedua:
Taubat Dari Segala Dosa
Setelah seseorang mengadakan muhasabah, tahu dosa dan pelanggarannya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pmbersihan sebelum pengisian. Caranya dengan bertaubat dari segala maksiat, aib, dan ketidaksempurnaan di aspek pemikiran, amal, akhlak, dan lain sebagainya.

Firman Allah Swt (At-Tahrim:8)

Rasululah Saw bersabda:
“ Sesunggunya Allah ta’ala membentangkan Tangan-Nya pada malam hari agar pelaku kesalahan di siang hari dapat bertaubat dan membentangkan Tangan-Nya pada siang hari agar pelaku kesalahan di malam hari dapat bertaubat, hingga matahari terbit dari sebelah barat”
(HR. Muslim)

Agar sarana ini memberikan pengaruh tarbiyah kepada jiwa, ada bberapa hal yang perlu diingat:
1. hakikat dosa
dosa bukan hanya disebabkan oleh melakukan kemungkaran saja, tetapi juga tidak mengerjakan kewajiban-kewajiban syar’I, atau melalaikannya, dalam bentuk tidak mengerjakan dengan semestinya.
2. syarat-syarat taubat
melakukan taubat nashuhah, yaitu taubat jujur dan serius, yang menghapus ksalahan-kesalahan sebelumnya dan melindungi pelakunya dari dosa-dosa sebelumnya. Hal itu dapat dilakukan dengan cara berjenti dari dosa pada masa mendatang, menyesali dosa-dosa silamnya, dan bertekad tidak mengerjakannya lagi pada masa mendatang.
3. semua dosa itu ksalahan
semua dosa adalah kesalahan, baik itu dosa besar ataupun dosa kecil. “Jangan lihat kcilnya dosa, tapi lihatlah kepada siapa Anda bermaksiat”. Terkadang ada dosa besar diperkecil dan dihapus oleh taubat hakiki kepada Allah swt. Juga, terkadang ada dosa kecil menjadi besar karena dikerjakan secara terus-menerus dan disepelekan.
Rasulullah Saw bersabda:
“ Tinggalkan dosa-dosa kecil, kerena perumpamaannya seperti orang-orang yang berhenti di lembah. Lalu, si Fulan datang dengan membawa balok kayu dan si Fulan lainnya datang membawa balok lain, hingga mereka memasak dan roti mereka matang. Jika dosa-dosa kecil dikerjakan pelakunya, maka dosa-dosa kecil tersebut membinasakannya”
(HR. Imam Ahmad)
4. hukuman di dunia
5. di antara trik jiwa kita