DEFINISI TARBIYAH DZATIYAH
Tarbiyah dzatiyah adalah sejumlah sarana tarbiyah (pembinaan) yang diberikan orang muslim atau muslimah kepada dirinya untuk membentuk kepribadian Islami yang sempurna di seluruh sisinya; ilmiah, iman, akhlak, sosial, dan sebagainya, dan naik tinggi ke tingkatan kesempurnaan sebagai manusia
URGENSI TARBIYAH DZATIYAH
menjaga diri mesti didahulukan daripada menjaga orang lain (At-TAhrim: 6)
siapa yang mentarbiyah diri, kecuali diri sendiri
hisab kelak bersifat individual (Maryam: 95), (Al-isra: 13-14), karena itu barangsiapa men-tarbiyah dirinya, Insya Allah hisabnya diringankan dan ia selamat dari siksa dengan Rahmat Allah swt
lebih mampu mengadakan perubahan
sarana tegar dan istiqamah
sarana dakwah yang paling kuat
cara yang benar dalam memperbaiki realitas yang ada
karena keistimewaan tarbiyah dzatiyah
urgensi tariyah dzatiyah lainnya adalah mudah diaplikasikan, banyak sarananya, dan ada terus dalam diri orang muslim di setiap waktu, kondisi, dan tempat.
SEBAB-SEBAB KETIDAKPEDULIAN KEPADA TARBIYAH DZATIYAH
minimnya ilmu
- ketidaktahuan akan dalil-dalil Alquran dan Sunnah yang menganjurkan Tarbiah Dzatiyah dan mengajak kepadanya
- minimnya pengetahuan tentang keutamaan amal-amal shaleh dan pahalanya yang besar
- mininmnya pengetahuan tentang hasil-hasil positif dari tarbiyah ini di kehidupan dunia dan akhirat
- ketidaktahuan tentang permusuhan setan yang tidak akan pernah berhenti
ketidakjelasan sasaran dan tujuan
tidak begitu mengetahui bahwa pada dasarnya tujuan penciptaan manusia adalha ntuk beribadah kepada Allah swt, taat kepada-Nya, jihad di jalan-Nya, dan berdakwah ke jalan-Nya
lengket dengan dunia
menganggap dunia lebih penting daripada tarbiyah ini sendiri shingga tiada waktu lagi untuk melakukan tarbiyah Dzatiyah ini
pemahaman yang salah tentang Tarbiyah
banyk yang salah memahami mengenai pentingnya tarbiyah dzatiyah ini sehingga banyak yang tidak peduli mengenai aktualisasinya. Ada anggapan bahwa tarbiyah ini membuat manusia terputus dari kehidupan dan manusia, serta terisolir dari mereka, atau juga ada yang beranggapan bahwa tarbiyah ini menyita waktu dan tenaga
minimnya basis tarbiyah
langkanya Pembina
perasaan akan panjangnya angan-angan
SARANA-SARANA TARBIYAH DZATIYAH
Sarana Pertama:
Muhasabah
Muhasabah merupakan evaluasi seorang muslim terhadap dirinya atas kebaikan dan keburukan yang telah ia lakukan
(Al-Hasyr: 18)
Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
“ Orang cerdas (berakal) ialah orang yang menghisab dirinya dan berbuat untuk setelah kematian. Dan orang lemah ialah orang yang mengikutkan dirinya kepada hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah”
(At-Tirmidzi)
Umar bin Khatab radhiallahu anhu berkata di kata mutiaranya yang terkenal:
“ hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab dan timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang, karena kalian lebih mudah menghisab diri kalian hari ini daripada kelak. Bersiaplah unuk menghadapi pertemuan pertemuan terbesar. Ketika itu, kalian dipertemukan dengan Allah dan tidak ada sesuatu apapun pada kalian yang tersembunyi (diriwayatkan Imam Ahmad di Az-Zuhdu, hal. 177)
Ada beberapa panduan yang terkait dengan besarnya urgensi aspek ini dalam tarbiyah Dzatiyah
1. urgensi muhasabah secara rutin
dalam men-tarbiyah diri sendiri, orang Muslim yang serius dikenal bersungguh-sungguh dalam melakukan muhasabah terhadap dirinya dari waktu ke waktu dan memeriksa isi kehidupannya, agar ia tahu pikiran-pikiran benar apa saja yang ia bawa, lalu ia kembangkan, amal-amal baik apa saja yang ada padanya lalu ia onsisten mengerjakannya, apa saja titik-titik lemah dan kemaksiatan di aspek ilmiah dan amal lalu ia menjauhinya
2. skala prioritas yang penting
- muhasabah “kesehatan” akidah, kebersihan tauhid, syirik kecil dan tersembunyi, keyakinan-keyakinan dan perbuatan lain yang bertentangan atau melemahkan tauhid
- muhasabah atas pelaksanaan kewajiban-kewajiban
- muhasabah tentang sejauh mana diri ini menjauhi hal-hal haram dan kmungkaran-kemungkaran
- muhasabah tenang sejauh mana diri ini melakukan ibadah-ibadah sunnah dan ketaatan lainnya
3. jenis-jenis muhasabah
muhasabah terbagi ke dalam dua jenis, yaitu muhasabah sebelum berbuat dan muhasabah setelah berbuat.
Muhasabah sebelum berbuat ialah seorang yang berpikir di awal tekad dan keinginanya, serta tidak segera berbuat hingga ia mendapatkan kejelasan bahwa keinginannya itu harus dikerjakan. Sedangkan muhasabah setelah berbuat dibagi menjadi tiga, yaitu:
- muhasabah diri atas ketaatan kepada Allah swt yang ia lalaikan
- muhasabah diri atas perbuatan yang lebih baik tidak ia kerjakan daripada ia kerjakan
- muhasabah diri atas hal-hal mubah dan wajar
4. muhasabah atas waktu
Rasulullah SAW bersabda:
“ Pada hari kiamat, kedua kaki seorang hamba tidak dapat bergerak, hingga ia ditanya tentang empat hal. Tentang umurnya, untuk apa ia gunakan; masa mudanya, untuk apa ia habiskan; tentang hartanya, dari mana ia memperolehnya dan ia belanjakan di hal-hal apa saja; dan tentang apa saja di antara ilmunya yang telah ia amalkan”
(At-Tirmidzi)
5. ingat hisab terbesar
Sarana kedua:
Taubat Dari Segala Dosa
Setelah seseorang mengadakan muhasabah, tahu dosa dan pelanggarannya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pmbersihan sebelum pengisian. Caranya dengan bertaubat dari segala maksiat, aib, dan ketidaksempurnaan di aspek pemikiran, amal, akhlak, dan lain sebagainya.
Firman Allah Swt (At-Tahrim:8)
Rasululah Saw bersabda:
“ Sesunggunya Allah ta’ala membentangkan Tangan-Nya pada malam hari agar pelaku kesalahan di siang hari dapat bertaubat dan membentangkan Tangan-Nya pada siang hari agar pelaku kesalahan di malam hari dapat bertaubat, hingga matahari terbit dari sebelah barat”
(HR. Muslim)
Agar sarana ini memberikan pengaruh tarbiyah kepada jiwa, ada bberapa hal yang perlu diingat:
1. hakikat dosa
dosa bukan hanya disebabkan oleh melakukan kemungkaran saja, tetapi juga tidak mengerjakan kewajiban-kewajiban syar’I, atau melalaikannya, dalam bentuk tidak mengerjakan dengan semestinya.
2. syarat-syarat taubat
melakukan taubat nashuhah, yaitu taubat jujur dan serius, yang menghapus ksalahan-kesalahan sebelumnya dan melindungi pelakunya dari dosa-dosa sebelumnya. Hal itu dapat dilakukan dengan cara berjenti dari dosa pada masa mendatang, menyesali dosa-dosa silamnya, dan bertekad tidak mengerjakannya lagi pada masa mendatang.
3. semua dosa itu ksalahan
semua dosa adalah kesalahan, baik itu dosa besar ataupun dosa kecil. “Jangan lihat kcilnya dosa, tapi lihatlah kepada siapa Anda bermaksiat”. Terkadang ada dosa besar diperkecil dan dihapus oleh taubat hakiki kepada Allah swt. Juga, terkadang ada dosa kecil menjadi besar karena dikerjakan secara terus-menerus dan disepelekan.
Rasulullah Saw bersabda:
“ Tinggalkan dosa-dosa kecil, kerena perumpamaannya seperti orang-orang yang berhenti di lembah. Lalu, si Fulan datang dengan membawa balok kayu dan si Fulan lainnya datang membawa balok lain, hingga mereka memasak dan roti mereka matang. Jika dosa-dosa kecil dikerjakan pelakunya, maka dosa-dosa kecil tersebut membinasakannya”
(HR. Imam Ahmad)
4. hukuman di dunia
5. di antara trik jiwa kita
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar