Selasa, 28 Oktober 2008
CINTA dalam ISLAM..
Semakin kerap berhubung akan menjadikan semakin rapat perhubungan dan akhirnya tanpa mengimbangkan ^kewarasan akal^ dan lebih mementingkan ^perasaan & nafsu^ akhirnya menjerumus kepada fahaman itulah ^cinta^ yang sebenarnya. Kerana atas dasar apa?? >>>rasa rindu yg amat sangatt<<< …sedangkan hakikat rindu yang sebenar hanyalah satu; rindukan Allah. Orang yang beriman dapat menangkis ketahanan rindu apabila asas cinta benar-benar berlandaskan –-> iman <—. Cinta berasaskan Islam ialah cintakan [kebaikan] [keimanan] dan [keutuhan pendirian] kerana ia adalah asas kepada tiang pengukuhan iman di hari depan. Malah cinta di dalam Islam lebih ke arah rasa hormat, malu dengan kewarakan responden kerana itulah cinta hakiki yang tidak boleh dijual beli. Malah malu untuk berkata-kata di sebalik kata-kata yang tidak sepatutnya. Malah, masalah samada sayang ke, samada tak sayang ke…tidak timbul…kerana asas cinta sebenar ialah keupayaan untuk sama-sama menggembleng meningkatkan iman andaikata terbina ikatan yang di akhiri ukhwah Islamiyah di dalam pemantapan jasmani & rohani. Itulah cinta yang sebenar di dalam Islam…bukan seperti sebahagian anak muda yang tidak memahami konteks percintaan hakiki yang yang mana terlalu mudah jatuh cinta dengan hanya sekali pandang, dan juga dengan hanya tautan kata-kata. Sememangnya tidak dinafikan kuasa cinta benar-benar dapat menguasai respondennya. Ada yang berubah sikap dengan rangsangan cinta…contoh ada yang semakin beriman, semakin baik dan semakin terdidik kerana nasihat & peringatan oleh orang yang di cintainya. Tetapi adakah rangsangan itu akan terus berkekalan andaikata :: cinta berpaling arah :: atau tidak menjadi. Inilah yang di bimbangi kerana rangsangn cinta murahan hanya satu <> yang tidak berkekalan atas asas tujuan untuk memikat hati.
Ada yang jadi baek…bercakap yang baek2 di depan orang yang di cintainya…almaklomle yang di cintai itu seorang yang beriman…tetapi bila bercakap dengan kawan-kawan yang laen mulalah membebel ntahapehape kerana asas malu tiada.
Sebab itu di dalam konteks perhubungan cinta sesama Islam…jika ingin memulakan ikatan cinta itu…berasaskan cinta yang penuh didikan “iman”… perhati muamalat responden agar tidak tersalah jatuh di dalam ^jerat percintaan^ yang tak patut…sebab ia lebih ke arah mengheret masalah baru…mungkin akan menjatuhkan ke lembah hina.
Bila seorang menyampaikan hasrat cintanya…perhatikan agamanya, kebaikannya dan segalanya sejak dia belum mengenali kita…maksud sifat asalnya dan muamalat asalnya…kerana jika kita mudah membenarkan hati di lalui…ia hanya akan membuka peluang kepada ke arah #ketidakfahaman# konsep cinta berasaskan Islam. Uji mereka dulu dengan corak akhlak dan pergaulan yakni jangan membenarkan diri kita dirapati akan perasaan mereka…agar menimbulkan keraguan dan was-was yang kita tidak menerima cinta mereka.
Ini tidak, anak gadis dan pemuda suka :: melayan & melayan :: dan akhirnya terbuai kata-kata asmara yang terbina sendiri dan menimbulkan kerosakan hati di dalam hati-hati mereka sendiri. Biarlah di katakan diri kita EGO…ego untuk kebaikan yakni menjaga diri untuk mengimbangi antara kewarasan akal dan iman yang akan menjadi benteng dan senjata melumpuhkan pihak lawan…benarkah begitu?? Sebab bagi perempuan mahupun lelaki yang beriman, mempunyai sifat-sifat yang [[[ konkrit ]]] di dalam pendirian mahupun akhlak…bukankah akhlak yang *cantik* terbina dari didikan hati nurani iman yang cantik …?
So, kata-kata bidalan “berkawan biar beribu bercinta biar satu” tidak begitu tepat di dalam konteks Islam dan patut ditambah +++; bercinta biarlah untuk teman di akhirat yang dihalalkan oleh Islam bersebabkan faktor-faktor semua ~panahan cinta~ di atas konsep berkawan adalah tidak tepat dan bercanggah di dalam konteks perhubungan di dalam Islam sebab kerana ia hanya boleh menjatuhkan ke arah perhubungan dalam suasana =fitnah=.
Akhir kalam, hanya Jauhari sahaja yang mengenal Manikamnya yakni hanya orang-orang yang beriman akan menghargai dan mengagungi keimanan orang yang patut dicintainya kerana hanya orang yang baik-baik sahaja yang inginkan sesuatu yang baik…di situ sudah menampakkan penilaiannya…di mana jodoh yang baik adalah untuk orang yang baik… dan begitulah sebaliknya. Kerana orang yang tidak baik tidak menyanggupi untuk hidup bersama dengan orang yang baik kecuali dalam dirinya itu adalah mempunyai zat yang baik juga. Berkata Imam Nawawi: “Aku menyintaimu kerana agama yang ada padamu, jika kau hilangkan agama dalam dirimu, hilanglah cintaku padamu..”
Jawaban Bijak
Maihan adikku yang dirahmati Allah, jujur kk ga menyangka hal ini bisa terjadi.
Tapi kk mencoba bermuhasabah kenapa??
Ternyata kk sadar, perhatian yang menurut kk biasa dianggap lain oleh maihan walaupun niat kk hanya Lillahita'ala, bagaimana seorang senior ingin semua Juniornya menjadi lebih baik dimata Allah"
Maafkan kk yo..... klo hal ini bermula dr kesalahan kk, tapi kk harap maihan, tiara dan koory harus terus menjadi muslimah terbaik coz Hidayah itu mahal ga ada dipasar Loak bahkan di Mall sekalipun He....3X
maka manfaatkan momen tersebut untuk menjadi kekasih Allah kelak.
kk rasa ini saatnya kalian harus bisa berdiri sendiri menemukan jati diri kalian tanpa peranan kk, selamat berjuang saudari Q semua" Moga qt ditemukan di jannahNya kelak
wassallmm....................
Ciputat, 16 september 08
Aku belum siap menerimamu kembali
Hanya sebagai ”orang yang biasa”
Karna hingga kini kau masih luar biasa
Akankah kau tahu
Betapa sulit bagiku tuk menghapusmu
Dalam anganku, pikiranku, dan hatiku
Walau ku tahu kau bukan untukku
Ku trus mencoba dan mencoba
Dengan kekuatan yang apa adanya
Tapi hingga kini ku masih tak berdaya
Pada-Nya ku meminta
Ku ingin mengEsakan cintaku hanya untuk-Nya...
Ya Allah Ya Rabb...
Maafkan hambaMu yang masih menduakan cintaMu ini...
Hamba hanya manusia biasa
Yang punya nafsu dan rasa
Hamba kan trus meminta kepadaMu
Kuatkan hati hamba dan pimpinlah hamba
Agar dapat mengEsakan cinta hanya untukMu...
Engkaulah Cintaku
Engkaulah Kekasihku
Engkaulah Pemimpinku
KepadaMu ku berharap dan kepadaMu jua ku kembali
Tarbiyah Dzatiyah (2)
بسم الله الرحمن الرحيم
SARANA KEDUA : TAUBAT DARI SEGALA DOSA
Setelah seseorang mengadakan muhasabah, tahu dosa dan pelanggarannya, maka langkah selanjutnya ialah melakukan pembersihan sebelum pengisian, yaitu dengan cara bertaubat dan merasa membutuhkan Allah ta’ala, dekat dengan-Nya, dan keridhaan-Nya. Tentang anjuran bertaubat, Allah ta’ala berfirman dalam QS. At-Tahrim: 8 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenarnya.”
Agar sarana taubat ini dapat memberikan pengaruh tarbiyah kepada jiwa, perlu diingat hal-hal berikut:
1. Hakikat Dosa
Yang termasuk dosa tidak hanya mengerjakan hal-hal yang mungkar saja seperti mencuri, berzina, ghibah, dan lain sebagainya, melainkan yang termasuk dalam kategori dosa ialah tidak mengerjakan kewajiban-kewajiban syar’i, atau melalaikannya, dalam bentuk tidak mengerjakannya dengan semestinya. Misalnya, lalai mengerjakan sholat tepat pada waktunya, atau tidak melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, atau lalai tidak melakukan dakwah ke jalan Allah ta’ala, atau tidak peduli dengan urusan dan kondisi kaum muslimin, dan kewajiban-kewajiban lain yang dilupakan kaum muslimin. Termasuk ke dalam dosa besar yaitu seperti dengki, sombong, bangga dengan diri sendiri, dan kagum dengan karya diri sendiri.
2. Syarat-syarat Taubat
Menurut Ibnu Katsir, taubat nashuhah (hakiki) ialah taubat jujur dan serius, yang menghapus kesalahan-kesalahan sebelumnya dan melindungi pelakunya dari dosa-dosa sebelumnya. Caranya yaitu dengan ia berhenti dari dosa pada masa mendatang, menyesali dosa-dosa silamnya, dan bertekad tidak mengerjakannya lagi pada masa mendatang.
3. Semua dosa itu kesalahan
Bagi orang Muslim yang memiliki iman yang mendalam, semua dosa adalah sama, tidak pandang besar kecilnya dosa itu, semua dosa adalah kesalahan terhadap Allah ta’ala. Dosa kecil dapat menjadi dosa besar apabila terud menerus dilakukan dan disepelekan.
4. Hukuman di Dunia
Bagi pelaku dosa yang tidak segera bertaubat darinya, akan mendapatkan hukuman di dunia sebelum hukuman akhirat, walaupun kadang datangnya agak tertunda. Ia akan ditimpa musibah, baik jiwa, harta, keluarga, atau pekerjaannya, ntah itu musibah kecil ataupun besar. Dan disinilah terlihat kecerdasan seorang Muslim ketika ia banyak bertaubat dan beristighfar di setiap waktu dan kondisi.
5. Di antara Trik Jiwa kita
Setan selalu menghasut manusia agar menunda taubatnya, misalnya dengan berkata, “Anda masih hidup lama dan ajal masih lama.” Namun orang yang berakal adalah orang yang bertaubat sebelum ajal menjemput, karena ia tak tahu kapan ia akan meninggal. Ketika ajal menjemput namun kita belum sempat bertaubat, maka tinggal kata menyesal yang menemani kita dan itu bukanlah saat yang tepat untuk menyesal.
SARANA KETIGA: MENCARI ILMU DAN MEMPERLUAS WAWASAN
Mencari ilmu dan memperluas cakrawala ilmu pengetahuan adalah unsur penting dan sarana urgen Tarbiyah Dzatiyah ideal dan mengarahkannya dengan pengarahan yang benar, karena bagaimana seseorang dapat mentarbiyah dirinya dengan tarbiyah yang benar jika tidak tahu hal halal, haram, kebenaran, kebatilan, manhaj, dan sarana yang benar atau salah?
Ilmu yang menunjang Tarbiyah Dzatiyah ialah ilmu syar’i yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW, dan pemahaman salafush shalih. Ilmu lain yang menunjang dan membantu kesempurnaannya misalnya seperti psikologi, sosiologi, beragam ilmu pendidikan jiwa, dan ilmu-ilmu modern pada zaman ini. Kiat-kiat mencari ilmu antara lain:
- Menghadiri pelajaran-pelajaran ilmiah mingguan, yang diselenggarakan ustadz-ustadz di masjid.
- Menghadiri ceramah-ceramah ilmiah dan tarbiyah, yang diadakan secara rutin, di masjid atau yayasan.
- Membaca buku ilmiah, baik ilmu-ilmu klasik maupun ilmu kontemporer, dan membuat agenda rutin dalam hal ini.
- Mengunjungi ulama, penyair, dan pemikir, untuk menimba ilmu, keahlian, dan pengalaman mereka, mengadakan dialog, dan diskusi ilmiah dengan mereka.
- Mendengarkan kaset-kaset ilmiah dan ceramah agama di berbagai disiplin ilmu.
- Mengikuti siaran Al-Quran di radio, TV, dan mengambil manfaat dari acara-acaranya yang positif.
- Memanfaatkan program-program ilmiah di CD-CD dan jaringan informasi internasional.
- Membaca informasi-informasi tentang dunia Islam dan kondisi kaum Muslimin di majalah dan koran.
- Memanfaatkan dengan baik materi-materi ilmiah, yang disampaikan ulama dan ustadz, di fakultas, ma’had, sekolah, dan lain sebagainya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencari ilmu:
- Ikhlas dan hanya mengaharap Ridha Allah ta’ala dalam mencari dan mempelajari ilmu.
- Rajin mencari dan meningkatkan ilmu pengetahuan dengan berbagai sarana.
- Terapkan ilmu yang telah dipelajari.
- Tunaikan hak ilmu dan bayar zakatnya, dengan berdakwah di jalan Allah ta’ala.
SARANA KEEMPAT: MENGERJAKAN AMALAN-AMALAN IMAN
Cara ini ujian untuk mengetahui kejujuran orang-orang yang mengerjakan perintah-perintah Allah ta’ala dan Rasul-Nya dan juga merupakan bukti kuat keinginan ikhlas orang yang bersangkutan dalam mentarbiyah dirinya dan memperbaikinya. Medan sarana ini antara lain :
- Mengerjakan ibadah wajib seoptimal mungkin.
- Meningkatkan porsi ibadah-ibadah Sunnah (mengerjakan sholat rawatib, sholat witir, dzikir/membaca alQuran setelah sholat subuh hingga matahari terbit, sholat dhuha, qiyamul lail, puasa pada hari-hari mulia, ikut mendanai proyek Islam)
- Peduli dengan ibadah dzikir
Dzikir menduduki tempat tertinggi dalam Tarbiyah Dzatiyah. Macam dzikir antaranya:
- Membaca Al Quran Al Karim
- Dzikir di berbagai kondisi dan moment (dzikir keluar masuk masjid, dzikir sebelum dan setelah makan, memakai baju baru, melihat bulan sabit, saat hujan turun, dan sebagainya)
- Dzikir pada waktu pagi dan sore (Al Ma’surat)
- Dzikir dengan hitungan-hitungan tertentu (tahlil seratus kali, subhanallah, alhamdulillah dan Allahu Akbar masing-masing tiga puluh tiga kali dan perkataan Subhanallah wa bihamdihi seratus kali)
- Dzikir mutlak yaitu dzikir yang tidak terkait dengan tempat, waktu, dan kondisi.
Ada beberapa hal yang perlu diingatkan:
- Urgensi Shalat lima waktu
Oramg Muslim sejati ialah orang yang kondisisten mengerjakan shalat lima waktu dan serius menunaikannya secara berjama’ah di masjid, sesuai dengan rukun-rukun, kewajiban-kewajiban, dan sunnah-sunnahya, pada waktunya, sembari menjauhi kesalahan yang dilakukan sebagian kaum Muslimin.
- Antara ibadah dengan adat istiadat
Dalam melaksanakan ibadah haruslah mengalami peningkatan agar tidak menjadi suatu adat kebiasaan yang membosankan, atau hanya sebatas perkataan-perkataan tanpa makna. Kita harus berusaha menunaikannya dengan sepenuh hati dan jiwa agar ibadah kita khusyuk, sehingga berpengaruh pada jiwa dan kehidupan kita.
- Ilmu pengetahuan tidak cukup
Orang yang hatinya mencintai Allah dan Rasul-Nya, ia tidak akan hanya sekedar mengetahui ilmu tentang amalan-amalan shalih tanpa melaksanakannya. Ia akan berusaha berlomba dengan umat muslim lainnya dalam beribadah kepada Allah karena ia merespon firman Allah dalam surat Al-Hadid : 21 yang artinya ”Berlomba-lombalah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.”
- Kita tidak lupa dzikir kepada Allah
Ibadah yang paling utama setelak pelaksanaan ibadah wajib ialah dzikir dalam segala kondisi dan keadaan.
- Memanfaatkan sebaik mungkin saat-saat rajin
Orang cerdas yang diberkahi ialah orang yang memanfaatkan sebaik mungkin waktu-waktu sehat, rajin, dan waktu luangnya untuk mengerjakan ibadah wajib dan memperbanyak ibadah sunnah.
- Waktu-waktu dan tempat-tempat mulia
Orang muslim sepantasnya memanfaatkan sebaik mungkin waktu-waktu dan tempat-tempat yang diistimewakan oleh Allah seperti bulan Ramadhan, sepuluh hari bulan dzulhijjah, sepertiga malam, dan lainnya.
- Urgensi Tawazun (seimbang)
Orang muslim sepantasnya mengerjakan ibadah-ibadah dengan tawazun (seimbang), tidak dibenarkan peduli dengan salah satu ibadah dengan meelantarkan ibadah lainnya.
SARANA KELIMA : MEMPERHATIKAN ASPEK AKHLAK (MORAL)
Diantara hasil terbesar akhlak terkait dengan hak Allah ta’ala ialah takwa kepada-nya, takut dan cinta kepada-Nya, serta senang dengan-Nya. Hasil positifnya terkait dengan hak manusia ialah berakhlak baik ketika bergaul dengan mereka dan berbuat baik kepada mereka, karena agama adalah muamalah.
Allah ta’ala berfirman,
”Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Ali Imran: 148)
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda,
”Tidak ada sesuatu yang lebih berat di timbangan hamba Mukmin pada hari kiamat selain akhlak yang baik. Dan Allah benci orang yang berkata jorok dan kotor.” (HR Tirmidzi)
Arahan-arahan untuk insan Muslim untuk melakukan tarbiyah dzatiyah dalam masalah akhlak:
- Sabar
Landasan agung tarbiyah yang diajarkan Rasulullah di sisi ini dan sisi lainnya ialah upaya perbaikan perilaku kita yang salah, atau sifat tercela pada kita, itu dilakukan dengan upaya berulang-ulang dan optimal.
- Membersihkan hati dari akhlak tercela
Inilah salah satu induk akhlak dalam Islam. Minimal orang Muslim hatinya bersih dari dengki, sombong, hasud, dan seluruh akhlak tercela.
- Meningkatkan kualitas akhlak
Jika seseorang bertanya pada dirinya, ”Apakah dirinya telah bersifatkan seluruh akhlak di tingkatannya yang paling tinggi dan sempurna?” Jika ia jujur, tentu ia malu untuk menjawab, ”Ya.”
- Bergaul dengan orang-orang yang berakhlak mulia
Ini adalah salah satu cara atau sarana yang paling efektif dalam tarbiyah dzatiyah agar mendapatkan akhlak mulia dari mereka yang berakhak mulia. Sebab, menurut wataknya manusia terpengaruh oleh siapa saja yang ada di sekitarnya dan teman-teman sepergaulannya.
- Memperhatikan etika-etika Umum
Insan Muslim yang tertarbiyah dituntut menjadi figur ideal di kalangan manusia, berperasaan halus, dan beretika.
Alhamdulillah...
”Semoga kita menjadi muslim/muslimah ideal yang berakhlak mulia,” amin...