Selasa, 28 Oktober 2008

Tarbiyah Dzatiyah (2)

بسم الله الرحمن الرحيم

SARANA KEDUA : TAUBAT DARI SEGALA DOSA

Setelah seseorang mengadakan muhasabah, tahu dosa dan pelanggarannya, maka langkah selanjutnya ialah melakukan pembersihan sebelum pengisian, yaitu dengan cara bertaubat dan merasa membutuhkan Allah ta’ala, dekat dengan-Nya, dan keridhaan-Nya. Tentang anjuran bertaubat, Allah ta’ala berfirman dalam QS. At-Tahrim: 8 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenarnya.”

Agar sarana taubat ini dapat memberikan pengaruh tarbiyah kepada jiwa, perlu diingat hal-hal berikut:

1. Hakikat Dosa

Yang termasuk dosa tidak hanya mengerjakan hal-hal yang mungkar saja seperti mencuri, berzina, ghibah, dan lain sebagainya, melainkan yang termasuk dalam kategori dosa ialah tidak mengerjakan kewajiban-kewajiban syar’i, atau melalaikannya, dalam bentuk tidak mengerjakannya dengan semestinya. Misalnya, lalai mengerjakan sholat tepat pada waktunya, atau tidak melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, atau lalai tidak melakukan dakwah ke jalan Allah ta’ala, atau tidak peduli dengan urusan dan kondisi kaum muslimin, dan kewajiban-kewajiban lain yang dilupakan kaum muslimin. Termasuk ke dalam dosa besar yaitu seperti dengki, sombong, bangga dengan diri sendiri, dan kagum dengan karya diri sendiri.

2. Syarat-syarat Taubat

Menurut Ibnu Katsir, taubat nashuhah (hakiki) ialah taubat jujur dan serius, yang menghapus kesalahan-kesalahan sebelumnya dan melindungi pelakunya dari dosa-dosa sebelumnya. Caranya yaitu dengan ia berhenti dari dosa pada masa mendatang, menyesali dosa-dosa silamnya, dan bertekad tidak mengerjakannya lagi pada masa mendatang.

3. Semua dosa itu kesalahan

Bagi orang Muslim yang memiliki iman yang mendalam, semua dosa adalah sama, tidak pandang besar kecilnya dosa itu, semua dosa adalah kesalahan terhadap Allah ta’ala. Dosa kecil dapat menjadi dosa besar apabila terud menerus dilakukan dan disepelekan.

4. Hukuman di Dunia

Bagi pelaku dosa yang tidak segera bertaubat darinya, akan mendapatkan hukuman di dunia sebelum hukuman akhirat, walaupun kadang datangnya agak tertunda. Ia akan ditimpa musibah, baik jiwa, harta, keluarga, atau pekerjaannya, ntah itu musibah kecil ataupun besar. Dan disinilah terlihat kecerdasan seorang Muslim ketika ia banyak bertaubat dan beristighfar di setiap waktu dan kondisi.

5. Di antara Trik Jiwa kita

Setan selalu menghasut manusia agar menunda taubatnya, misalnya dengan berkata, “Anda masih hidup lama dan ajal masih lama.” Namun orang yang berakal adalah orang yang bertaubat sebelum ajal menjemput, karena ia tak tahu kapan ia akan meninggal. Ketika ajal menjemput namun kita belum sempat bertaubat, maka tinggal kata menyesal yang menemani kita dan itu bukanlah saat yang tepat untuk menyesal.

SARANA KETIGA: MENCARI ILMU DAN MEMPERLUAS WAWASAN

Mencari ilmu dan memperluas cakrawala ilmu pengetahuan adalah unsur penting dan sarana urgen Tarbiyah Dzatiyah ideal dan mengarahkannya dengan pengarahan yang benar, karena bagaimana seseorang dapat mentarbiyah dirinya dengan tarbiyah yang benar jika tidak tahu hal halal, haram, kebenaran, kebatilan, manhaj, dan sarana yang benar atau salah?

Ilmu yang menunjang Tarbiyah Dzatiyah ialah ilmu syar’i yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW, dan pemahaman salafush shalih. Ilmu lain yang menunjang dan membantu kesempurnaannya misalnya seperti psikologi, sosiologi, beragam ilmu pendidikan jiwa, dan ilmu-ilmu modern pada zaman ini. Kiat-kiat mencari ilmu antara lain:

  1. Menghadiri pelajaran-pelajaran ilmiah mingguan, yang diselenggarakan ustadz-ustadz di masjid.
  2. Menghadiri ceramah-ceramah ilmiah dan tarbiyah, yang diadakan secara rutin, di masjid atau yayasan.
  3. Membaca buku ilmiah, baik ilmu-ilmu klasik maupun ilmu kontemporer, dan membuat agenda rutin dalam hal ini.
  4. Mengunjungi ulama, penyair, dan pemikir, untuk menimba ilmu, keahlian, dan pengalaman mereka, mengadakan dialog, dan diskusi ilmiah dengan mereka.
  5. Mendengarkan kaset-kaset ilmiah dan ceramah agama di berbagai disiplin ilmu.
  6. Mengikuti siaran Al-Quran di radio, TV, dan mengambil manfaat dari acara-acaranya yang positif.
  7. Memanfaatkan program-program ilmiah di CD-CD dan jaringan informasi internasional.
  8. Membaca informasi-informasi tentang dunia Islam dan kondisi kaum Muslimin di majalah dan koran.
  9. Memanfaatkan dengan baik materi-materi ilmiah, yang disampaikan ulama dan ustadz, di fakultas, ma’had, sekolah, dan lain sebagainya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencari ilmu:

  1. Ikhlas dan hanya mengaharap Ridha Allah ta’ala dalam mencari dan mempelajari ilmu.
  2. Rajin mencari dan meningkatkan ilmu pengetahuan dengan berbagai sarana.
  3. Terapkan ilmu yang telah dipelajari.
  4. Tunaikan hak ilmu dan bayar zakatnya, dengan berdakwah di jalan Allah ta’ala.

SARANA KEEMPAT: MENGERJAKAN AMALAN-AMALAN IMAN

Cara ini ujian untuk mengetahui kejujuran orang-orang yang mengerjakan perintah-perintah Allah ta’ala dan Rasul-Nya dan juga merupakan bukti kuat keinginan ikhlas orang yang bersangkutan dalam mentarbiyah dirinya dan memperbaikinya. Medan sarana ini antara lain :

  1. Mengerjakan ibadah wajib seoptimal mungkin.
  2. Meningkatkan porsi ibadah-ibadah Sunnah (mengerjakan sholat rawatib, sholat witir, dzikir/membaca alQuran setelah sholat subuh hingga matahari terbit, sholat dhuha, qiyamul lail, puasa pada hari-hari mulia, ikut mendanai proyek Islam)
  3. Peduli dengan ibadah dzikir

Dzikir menduduki tempat tertinggi dalam Tarbiyah Dzatiyah. Macam dzikir antaranya:

    1. Membaca Al Quran Al Karim
    2. Dzikir di berbagai kondisi dan moment (dzikir keluar masuk masjid, dzikir sebelum dan setelah makan, memakai baju baru, melihat bulan sabit, saat hujan turun, dan sebagainya)
    3. Dzikir pada waktu pagi dan sore (Al Ma’surat)
    4. Dzikir dengan hitungan-hitungan tertentu (tahlil seratus kali, subhanallah, alhamdulillah dan Allahu Akbar masing-masing tiga puluh tiga kali dan perkataan Subhanallah wa bihamdihi seratus kali)
    5. Dzikir mutlak yaitu dzikir yang tidak terkait dengan tempat, waktu, dan kondisi.

Ada beberapa hal yang perlu diingatkan:

  1. Urgensi Shalat lima waktu

Oramg Muslim sejati ialah orang yang kondisisten mengerjakan shalat lima waktu dan serius menunaikannya secara berjama’ah di masjid, sesuai dengan rukun-rukun, kewajiban-kewajiban, dan sunnah-sunnahya, pada waktunya, sembari menjauhi kesalahan yang dilakukan sebagian kaum Muslimin.

  1. Antara ibadah dengan adat istiadat

Dalam melaksanakan ibadah haruslah mengalami peningkatan agar tidak menjadi suatu adat kebiasaan yang membosankan, atau hanya sebatas perkataan-perkataan tanpa makna. Kita harus berusaha menunaikannya dengan sepenuh hati dan jiwa agar ibadah kita khusyuk, sehingga berpengaruh pada jiwa dan kehidupan kita.

  1. Ilmu pengetahuan tidak cukup

Orang yang hatinya mencintai Allah dan Rasul-Nya, ia tidak akan hanya sekedar mengetahui ilmu tentang amalan-amalan shalih tanpa melaksanakannya. Ia akan berusaha berlomba dengan umat muslim lainnya dalam beribadah kepada Allah karena ia merespon firman Allah dalam surat Al-Hadid : 21 yang artinya ”Berlomba-lombalah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.”

  1. Kita tidak lupa dzikir kepada Allah

Ibadah yang paling utama setelak pelaksanaan ibadah wajib ialah dzikir dalam segala kondisi dan keadaan.

  1. Memanfaatkan sebaik mungkin saat-saat rajin

Orang cerdas yang diberkahi ialah orang yang memanfaatkan sebaik mungkin waktu-waktu sehat, rajin, dan waktu luangnya untuk mengerjakan ibadah wajib dan memperbanyak ibadah sunnah.

  1. Waktu-waktu dan tempat-tempat mulia

Orang muslim sepantasnya memanfaatkan sebaik mungkin waktu-waktu dan tempat-tempat yang diistimewakan oleh Allah seperti bulan Ramadhan, sepuluh hari bulan dzulhijjah, sepertiga malam, dan lainnya.

  1. Urgensi Tawazun (seimbang)

Orang muslim sepantasnya mengerjakan ibadah-ibadah dengan tawazun (seimbang), tidak dibenarkan peduli dengan salah satu ibadah dengan meelantarkan ibadah lainnya.

SARANA KELIMA : MEMPERHATIKAN ASPEK AKHLAK (MORAL)

Diantara hasil terbesar akhlak terkait dengan hak Allah ta’ala ialah takwa kepada-nya, takut dan cinta kepada-Nya, serta senang dengan-Nya. Hasil positifnya terkait dengan hak manusia ialah berakhlak baik ketika bergaul dengan mereka dan berbuat baik kepada mereka, karena agama adalah muamalah.

Allah ta’ala berfirman,

”Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Ali Imran: 148)

Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda,

”Tidak ada sesuatu yang lebih berat di timbangan hamba Mukmin pada hari kiamat selain akhlak yang baik. Dan Allah benci orang yang berkata jorok dan kotor.” (HR Tirmidzi)

Arahan-arahan untuk insan Muslim untuk melakukan tarbiyah dzatiyah dalam masalah akhlak:

  1. Sabar

Landasan agung tarbiyah yang diajarkan Rasulullah di sisi ini dan sisi lainnya ialah upaya perbaikan perilaku kita yang salah, atau sifat tercela pada kita, itu dilakukan dengan upaya berulang-ulang dan optimal.

  1. Membersihkan hati dari akhlak tercela

Inilah salah satu induk akhlak dalam Islam. Minimal orang Muslim hatinya bersih dari dengki, sombong, hasud, dan seluruh akhlak tercela.

  1. Meningkatkan kualitas akhlak

Jika seseorang bertanya pada dirinya, ”Apakah dirinya telah bersifatkan seluruh akhlak di tingkatannya yang paling tinggi dan sempurna?” Jika ia jujur, tentu ia malu untuk menjawab, ”Ya.”

  1. Bergaul dengan orang-orang yang berakhlak mulia

Ini adalah salah satu cara atau sarana yang paling efektif dalam tarbiyah dzatiyah agar mendapatkan akhlak mulia dari mereka yang berakhak mulia. Sebab, menurut wataknya manusia terpengaruh oleh siapa saja yang ada di sekitarnya dan teman-teman sepergaulannya.

  1. Memperhatikan etika-etika Umum

Insan Muslim yang tertarbiyah dituntut menjadi figur ideal di kalangan manusia, berperasaan halus, dan beretika.

Alhamdulillah...

Semoga kita menjadi muslim/muslimah ideal yang berakhlak mulia,” amin...

1 komentar:

Anonim mengatakan...

blogwalking..lagi nyari2 ttg tarbiyah dzatiyah